Cerita misteri desa yang terkena bencana gara-gara batik parang rusak

 Kisah cerita misteri desa yang terkena bencana gara-gara batik parang rusak.

Bagas tak menyangka bahwa perjalanan hidup membawanya untuk mencari kakeknya. Bagas diberi amanah sebelum abah meninggal. Bagas harus menemui ayah dari abahnya di desa Ngluyu Kabupaten Nganjuk Jawa Timur.

Bagas yang sejak lahir tinggal di Yogjakarta sama sekali tidak mengenal keluarga abahnya. Abah yang merantau dan memilih menikahi ibunya dan tinggal di Yogjakarta.

Bagas tidak pernah mengerti konflik apa yang terjadi sewaktu abah meninggalkan tanah kelahirannya.

Sebab ketika Bagas ataupun orang bertanya tentang asal usul keluarga abah, wajah abah selalu tegang dan mendadak merah padam. Sehingga Bagas menghindari pembicaraan tentang asal usul abah.

Bagas teringat percakapannya dengan abah di malam itu. "Bagas, sebelum empat puluh hari abah pergi. Kamu temui Mbah Wiro di desa Ngluyu dan mintakan maaf abah kepada beliau."

Setelahnya nafas abah tersenggal. Abah pun telah meninggal. Bagas hanya mengangguk dan menjadi beban pikirannya dalam beberapa hari ini.

Malam ini Bagas telah bersiap, agar ia sampai di Nganjuk pagi hari, ia memakai baju batik dan mencangklong tas di pundaknya. Ia berencana untuk menginap beberapa hari, sebelum kembali ke rumahnya.

Pekerjaan Bagas seorang content creator freelance, membuat waktunya sangat fleksibel karena bisa bekerja dari mana saja.

Setelah perjalanan dengan bus ekonomi dari terminal Giwangan ke terminal Anjuk Ladang, Bagas harus menyambung dengan ojek selama kurang lebih 45 menit.

Bagas telah sampai di balai desa Ngluyu, ia celingukan. Lalu matanya bersibobok pada seorang kakek yang sedang mengangkat jerami.

"Mohon maaf pak, apakah bapak kenal dengan mbah Wiro?" tanya Bagas.

"Ada apa mencari mbah Wiro?" kawab si kakek.

"Saya mau mencari ayah dari abah saya."

"Ikuti saya," Bagas mengikuti kakek, berjalan kurang lebih lima menit. Mereka sampai pada rumah dari kayu.

Bagas duduk di teras, kakek melepaskan tumpukan jemari dari atas punggungnya. "Mbah Wiro adalah saya,"

Bagas melepaskan jaketnya. Sang kakek terkesirap menatap pakaian yang dipakai Bagas. "Jangan sekali-kali kamu memakai Parang Rusak ke desa ini, pergi kamu sebelum desa ini mendapat kutukan!" suara sang kakek menggelegar.

"Pergi, pergi kamu!"

Belum sempat Bagas meninggalkan rumah sang kakek. Langit tiba-tiba menjadi gelap. Kilat menyambar dilanjutkan dengan gemuruh.

Para warga yang berada di depan rumah mereka segera masuk dansm menutup pintu serta jendela rumah mereka. Bagas ternganga dengan anomali cuaca di desa ini. Wajah mbah Wiro merah padam. Mbah Wiro menghela nafas.

"Terakhir kejadian ini dua puluh lima tahun, saat mbah mengusir ayahmu yang datang bersama istrinya memakai Batik Parang rusak."

Hujan deras disertai angin ribut menyerang desa Ngluyu dengan tiba-tiba


Comments

Popular posts from this blog

Ngeri, ada potongan kaki di tumpukan kayu jati untuk bahan bakar lokomotif kereta api kuna

Penyesalan Ayah

Cerita misteri kelereng pembawa keberuntungan 3, hanya tiga tahun sudah menjadi orang kaya