Cerita misteri istal milik Mbah Ranu yang sudah lama kosong masih sering terdengar suara ringkikan kuda di malam hari

 

Kandang kuda atau istal sudah jrng ditemukan sat ini. Kalaupun ada isany sudah kosong tidak ada kuda di dlamnya.

Namun sebuah cerita misteri muncul di sebuah istal yang tersisa milik Mbah Ranu. Betap tidak, mesko kosong namun masih sering terdengar suara ringkikan kuda di malam hari.

Cerita misteri juga terjdi pada pagi itu dusun Cangkring geger. Kang Wito, tukang serabutan yang sedang ngecat bekas kandang kuda milik Mbah Bei Ranu, jatuh terpental. “Saya dipengkal jaran”, ujar Kang Wito.

“Lho kok bisa?!”. Warga pada bertanya- tanya. Pasalnya, istal atau kandang kuda tersebut sudah lama kosong. Memang, puluhan tahun lalu, dua ekor kuda milik Mbah Bei Ranu dikandangkan disitu.

Karena amat sayang kepada kuda miliknya, istal tersebut tidak dibongkar. “Untuk kenang- kenangan”, ujar Mbah Bei Ranu setiap ada yang menanyakan tentang istalnya yang sampai saat ini masih terawat.

Dari kejadian Kang Wito ‘dipengkal jaran’, warga jadi tahu asal- muasal istal dan kuda milik Mbah Bei Ranu tersebut.

Dulu, salah satu kuda milik Mbah Bei Ranu diberi nama Si Jlitheng. Badannya tinggi, tegap. Berbulu coklat tua kehitaman. Bak dua bersaudara, persahabatan antara Mbah Bei Ranu dan Si Jlitheng seperti tidak terpisahkan.

Si Jlitheng didapat bukan dari membeli. Mbah Bei Ranu mendapat hibah kuda tersebut dari seorang pejabat Kraton. “Rawatlah kuda ini baik- baik sampai kapan pun”, begitu pesan pejabat Kraton tersebut kala itu.

Namun sayang, karena usianya yang semakin uzur, Mbah Bei Ranu tak lagi mampu merawat Si Jlitheng dan satu ekor lagi miliknya. Terpaksa dua ekor kuda tersebut dijual.

Anehnya, pada saat- saat tertentu kuda Si Jlitheng itu sering pulang ke istal Mbah Bei Ranu. “Saya kangen, Mbah”, mungkin begitu ujar binatang tersebut seandainya dia bisa ‘tata jalma’.

Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Suatu saat Mbah Bei Ranu mendengar kabar jika Si Jlitheng mati karena sakit tua.

Aneh. Malam harinya Mbah Bei Ranu mendengar suara ‘jaran mbengingeh’ atau ringkik kuda di samping rumahnya.

Setelah dirunut, ternyata suara ‘jaran mbengingeh’ tersebut berasal dari dalam istal miliknya yang memang terletak di samping rumahnya.

Orang sepuh tersebut sangat hafal dengan suara ringkik kuda itu.

Tidak lain tidak bukan itu adalah suara ringkik Si Jlitheng. Kuda pemberian pejabat Kraton yang sudah puluhan tahun dirawatnya.

“Yah, bisa jadi yang mengkal Kang Wito itu ya Si Jlitheng tersebut”, ujar Mbah Bei Ranu. - Semua nama samaran.

Comments

Popular posts from this blog

Ngeri, ada potongan kaki di tumpukan kayu jati untuk bahan bakar lokomotif kereta api kuna

Penyesalan Ayah

Cerita misteri kelereng pembawa keberuntungan 3, hanya tiga tahun sudah menjadi orang kaya