Cerita misteri nasib malang penjual sate saat berjualan melewati pohon preh besar yang angker
Pohon preh dikenal sebagai tanaman yang sering dijadikan rumah bagi makhluk halus. Tak heran jika pohon preh besar kemudian menjadi angker.
Setidaknya pengalaman pernah dialami seorang penjual sate yang mengalami nasib malang. Cerita misteri ini berawal ketika si penjual sate melewati sebuah pohon preh besar.
Tak ada kata pensiun bagi Pak Diyo. Di usia senja dia masih menekuni pekerjaannya sebagai penjual sate ayam. Memang, tubuhnya masih sehat. Hanya, daya ingatnya sering eror, mudah lupa.
Kalau sudah begitu, dagangan yang ditempatkan di rombong yang dia pikul sudah habis, dengan lantangnya dia masih juga berteriak: “Teee...sateee...teee...sateee...”. Tidak aneh jika hal itu sering membuat kesal pelanggannya.
Seperti malam itu dagangan Pak Diyo telah habis dibeli pelanggan- pelanggannya. ‘Penyakit lupa’- nya kambuh. Berjalan pulang dengan memikul rombongnya yang telah kosong, sesekali Pak Diyo masih berteriak: Teee...sateee...teee...sateee...”.
Sesosok laki- laki berdiri di dekat sebuah pohon preh besar memanggilnya. “Aduh, sate maupun lontong telah habis, Pak. Maaf saya lupa”, jawab Pak Diyo.
Tak urung jawaban Pak Diyo itu membuat marah calon pembelinya. “Bakul sate ora nggenah!”, gerutu laki-laki tersebut.
Lalu mendekat ke rombong Pak Diyo. Seperti ingin meluapkan kekesalannya, sosok lelaki itu menendang rombong yang dipikul Pak Diyo, ke arah samping.
Berakibat fatal. Rombong Pak Diyo menjadi berputar seperti baling-baling tertiup angin. ‘Mubeng nggangser’ bagai gasing, mainan anak tempo dulu. Pak Diyo yang berdiri di tengah-tengah bagaikan sumbunya.
Setelah berputar beberapa kali...bruk! Pak Diyo dan kedua rombongnya ambruk. Beruntung ada seorang petugas ronda memergokinya. Pak Diyo lalu menceriterakan kejadian yang baru saja dialaminya.
“Yang memanggil sampeyan tadi laki-laki tinggi besar berbaju koko dan celana komprang warna hitam?”, tanya peronda. Pak Diyo mengangguk dan menambah keterangannya: “Dan matanya mencorong merah, Pak”.
Dari peronda itu Pak Diyo baru faham jika dia telah berhadapan dengan makhluk halus penghuni pohon preh besar yang tidak jauh dari tempat tersebut.
“Yah, hati-hati saja, Pak lewat tempat ini. Tapi sampeyan begja. Ini merupakan firasat, sampeyan akan mendapat rezeki”, ujar petugas ronda tersebut.
Benar juga. Tiga hari kemudian, sore-sore ada seseorang datang ke rumah Pak Diyo. Memborong dagangan yang akan dijajakan malam itu.
Katanya, sate dan lontong itu diborong untuk pesta syukuran atas keberhasilan anaknya yang lulus dalam penerimaan pegawai negeri sipil.
Comments
Post a Comment