Terpaan Angin Senja

 Di bawah langit jingga yang mulai menggelap, sesosok pria muda dengan setelan jas hitamnya berdiri di depan sebuah patung pahlawan berkuda yang kusam. Mawar merah layu di tangan kanannya, ia menengadah memandang patung pahlawan berkuda.

“Aku sudah terlambat”
Ujarnya sambil memegang erat sekuntum mawar merah di tangannya. Ia mulai berjalan, memasuki jalan yang sempit di sebuah gang yang sepi, banyak sampah berserakan, bagai tempat itu bukanlah tempat untuk manusia.

Langkah kakinya terhenti, di depan sebuah rumah yang sudah ditinggalkan. Ia berdiri di hadapan rumah itu dengan tatapan kosong mengarah langsung ke salah satu jendela ia tersenyum tipis sambil melangkah menuju pintu rumah..

Pintu berderit.
Ia masuk kedalam. Sebuah rumah kosong yang penuh dengan debu. Ada jejak kaki yang masih baru menuju lantai dua. Pemuda itu menginjakkan kakinya ke tangga menuju lantai dua, ruangan dari jendela yang ditatapnya dari luar.

“hoooh, maafkan aku, kau menunggu lama~”

Sebuah kepala manusia tergeletak di lantai, kepala seorang anak perempuan berusia 7 tahun bersimbah darah segar. Pemuda itu mendekat, ia menaruh mawar merah yang digenggamnya di hadapan kepala utuh itu. seketika, angin kencang menerpa jendela, tirai berterbangan, begitu juga dengan debu ruangan yang menempel di mana-mana. Secercah cahaya jingga muncul bersamaan dengan terpaan angin. Makin membesar, makin membesar, angin senja yang mengubah secercah cahaya jingga menjadi kobaran merah jingga yang meluap-luap seakan menelan rumah terbengkalai itu.

“Selamat tinggal, kau pasti tidak akan kedinginan lagi”

Tamat

Cerpen Karangan: Makhluk Venus
makhluk yang turun ke Bumi


Comments

Popular posts from this blog

Ngeri, ada potongan kaki di tumpukan kayu jati untuk bahan bakar lokomotif kereta api kuna

Cerita misteri kelereng pembawa keberuntungan 3, hanya tiga tahun sudah menjadi orang kaya

Penyesalan Ayah