Arganta

 laki-laki kesepian yang mencari rumah untuk pulang. Kakinya lemas saat pisau menancap ke tubuh seorang gadis dia sebut Isyana. Gadis itu dia bunuh dengan tangan dinginnya.

Malam mencekam kilat menyambar Arga berhasil melancarkan aksinya. Keluar dari apartemen yang dia sewa Arga memakai masker agar tidak ketahuan. “Sebaiknya gue pergi!”

Masuk ke dalam mobil, dia senang berhasil melukai gadis itu. Tapi tangisnya semakin kencang. Tertawa sepertu orang gila.

Di hari berikutnya dia bertemu Isyana. Dia seorang mahasiswi pintar, cuma punya satu teman Ilona. Dan Isyana benci sekali sama laki-laki makanya dia ilfeel mendekati laki-laki manapun.

Sampai Arga meminta nomornya. “Gue mau nomor lo?”
“Gak akan gue kasih anjir, lo orang gila.”
“Sejak kapan gue gila? Bisa kasih penjelassan?”
“Dari sorot mata lo ada sesuatu? Gue ngeliat lo itu seiko.”
“Cih stress lo, di baikkin salah.” Arganta tidak peduli pada stetment gadis itu. Ia mendekati Kimberly mangsanya ini cukup empuk, dia badgirl broken-home.

“Lo laper gak ke kantin bareng yuk?” Mereka sekarang ada di kantin Nusa Pelita kampus dengan ukuran kantin cukup luas, ada westafel fasilitas makanan bersih, sehat, dan juga bisa dipilih gorengan di sini aja minyaknya olive oil. Tidak ada yang seperti di pedagang gorengan.

Duduk di deretan bangku paling depan keduanya belum mengobrol sampai di mana Arganta mengemgam tangannya. “Gue mau lo ngedate sama gue?” Secepat itu. Deru napas Kim kian menggebu.

Mereka resmi jadian setelah sering jalan bareng. Bahkan orangtua Kim mengenal Arganta. Malam itu keduanya pergi ke rumah Arga ini permainan pertamanya di rumah. Di dalam tidak siapa-siapa pembantu sudah pulang. “Elo mau ngapain?”
“Gue mau bikinin lo surprise!” Arganta mengambil sirup, menyalahkan televisi besar menonton film death note. Tidak lama jari-jari Kim terasa lemas.

Airmatanya perlahan jatuh saat Arganta membawa pisau dan juga karung. Ini sudah kelewatan berusaha berlari pintu terkunci. Semuanya biar pintu belakang juga tidak ada akses.

Kim merasakan sakit saat sayatan mengenai leher kemudian kulitnya. Jika takdirnya mati sekarang dia siap. Arganta berhasil melakukan memasukkan ke dalam karung. Mengubur di sebelah rumah.

Setahun kemudian…
Tidak terasa Arganta sudah membunuh 150 gadis. Bukan hal mudah melakukan hanya dengan pedekate semua siap. Hanya ada satu murid kampus susah dilumpuhkan dia Isyana Mirabella.

Tangannya mengetik pesan ajakan pulang Isyana menolak. “Pulang sama aku yuk!”
“Gue gak bisa!” Padahal Arganta sudah berbicara formal, tetap saja di tolak.

Malam itu Arganta ke dukun dia melancarkan aksinya meminta jimat agar gadis itu mau dekat dengannya. Setiap hari Arganta menusukkan sesuatu ke boneka miliknya. Ia membiarkan Isyana takluk.

Buku bergambar Isyana jatuh dan Arganta menangkapnya. Mereka saling berpandangan satu sama lain semua memperhatikan Isyana.

“Nanti siang aku antar pulang ya, rumah kita seerah.”
“Iya aku mau Arganta.” ucap Isyana tersenyum.

Sebuah keberuntungan mereka pulang bersama. Bahkan sebelum itu mampir makan di Kelapa Gading. Lalu di sana Isyana mencari buku untuk tugas ekonomi. Arganta sabar menemani gadis itu yang terus menempel padanya. Layaknya orang pacaran.

Ilona sahabat dari Isyana yang memiliki awalan I senang mengetahui Isyana mau membuka hati untuk laki-laki. Tetapi kekhawatiran ada takut terjadi sesuatu apalagi dia misterius. Malam semakin larut jam menunjukkan pukul setengah sembilan telepon Ilona berdering. “Nasya hape kakak bunyi ambilin dong?”
“Mager banget sih drakorku udah mau ending nih.”
“Kiyowok, mulu belajar sana bilangin Mami nih…”
“Nak apa Isyana ada sama kamu?”
“Gak Tante emang kenapa?”
“Isyana hilang belum pulang, Tante bingung mau cari ke mana.” Membulat tadi pagi sama Arganta sekarang malah hilang. Tuh kan dia laki-laki aneh misterius jangan-jangan rumor selama ini. Meminta data mahasiwa kampus di ruang tata usaha Jolie memberikannya kemudian segera ke rumah Arganta. Biar aman pake syall dan baju hangat.

Suasananya mistis mencekam di tambah minim penyerangan. Alisnya saling bertautan.

Hening ketika langkah kaki berdecit. Bersembunyi ia melihat beberapa mannequin di dalam berbentuk wanita. “Argh…” Suara aneh Arganta masuk.

Ilona penasaran hendak menyusul namun sayang. Jendelanya berpagarkan teralis susah untuk mencarinya. Ilona masuk ke depan karena pintu terbuka. Di dalam kepanikan ia terus berdoa. Kakinya begitu berat berjalan. Seseorang di dalam di bekap mulutnya terkunci.

Di cermin sosok menyeramkan keluar di balik kaca dia nenek tua dan gadis noni belanja.

“Arganta sudah menjadi pengikutku, dia psikopat sekaligus anak buahku.”
“KALIAN SEMUA GILA?” Ilona pingsan di masukkan Arganta ke kamar, baru kali ini Arganta belum membunuh seorang gadis.

Berlari dari sana mencari bantuan pintu belakang terbuka, menaiki taksi Arganta kehilangan kesadaran setelah dipukul balok. Tiba di rumah menceritakan semuanya bahwa dia terkena pelet ajian. Zahlia ibunya memeluk erat putrinya. Menelpon polisi Arganta ditangkap atas kasus pembunuhan. Sedangkan Ilona mengalami depresi berat, untung masih bisa selamat.

“Gue gak mau Ilona terus-terus kayak gini!”
“Hihihi, gue mati… hihihi… bersama mereka.” Tawanya cekikan di kamar isolasi rumah sakit jiwa saat Isyana menjenguk.

Dia disidang rumah itu sepi tidak ada pembeli mau mengambil. Harganya mahal dijual oleh orang, semakin tinggi mereka semakin penasaran. Vlogger konten mencoba uji nyali.

“Gue gak peduli, yang penting cuan.” Kata Ferdi memasuki tempat menyiapkan kamera video begitu gambar di geser bayangan dari belakang muncul sesosok nenek-nenek tusuk konde. Menusuk dari belakang darah mengucur. Tidak ada yang dapat menyelamatkan setelah Aksa temannya datang membawa dua gelas air mineral menjatuhkan langsung memeluk tubuh tidak bernyawa itu.

Selesai


Comments

Popular posts from this blog

Ngeri, ada potongan kaki di tumpukan kayu jati untuk bahan bakar lokomotif kereta api kuna

Cerita misteri kelereng pembawa keberuntungan 3, hanya tiga tahun sudah menjadi orang kaya

Penyesalan Ayah