Minggu malam ini kami bertolak dari surabaya menuju kota jember, seperti biasa, kami akan merenovasi sebuah bangunan yang nantinya akan dibuat sebagai toko ban motor, cuma yang tidak biasa kali ini aku bersama dengan 7 orang temanku yang nantinya sebagian bertugas sebagai tukang bangunan, dan aku sendiri bagian untuk instalasi listriknya. Sampai tujuan masih sangat dinihari, dan kami memutuskan beristirahat di musolla sebuah pom bensin tak jauh dari lokasi pekerjaan untuk sekedar melapas lelah di perjalanan tadi. “Ya alloh ya tuhanku” batinku saat aku sampai di tujuan dan melihat keadaan bangunan itu, bangunan itu sudah sangat tua, lapuk sana sini, daun pintu dan jendela pun sudah banyak yang copot, belum lagi tembok yang mengelupas dan hampir semua dipenuhi lumut dan genting dan plafon juga sudah banyak yang ambrol, kesan seram dan horor sangat terasa di rumah ini, ibaratnya dilewati tikus aja bangunan rumah ini akan rubuh.
Begitu aku dan team masuk, keadaan di dalam bangunan cukup memberi sambutan ke bulu kudukku, seketika tengkukku meremang, dingin, udara lembab, pengap, itu yang aku rasakan, tak kalah seram dengan kondisi di luar bangunan, ada 5 kamar di bangunan ini, 3 di depan dan 2 di belakang termasuk untuk dapur, dan terdapat pekarangan kecil di depan dapur yang sangat rimbun semak belukar dan kamar mandi terpisah dari rumah utama, dan terdapat juga sumur tua disitu.
Segera kami mencari kamar yang agak layak dan kami bersihkan untuk tempat istirahat selama bekerja disini, dan untuk menampung peralatan kerja yang kami bawa dari surabaya, dan sebagian teman lain berbagi tugas membersihkan kamar mandi.
Tiba malam hari entah kenapa hampir jam 12 malam mataku terus saja tidak bisa aku pejamkan, kutoleh satu persatu temanku, semua sudah nyenyak ditelan empuknya bantal, wajar, mereka capek seharian ini, pandanganku kali ini tertuju ke pintu kamar yang terbuka lebar dan tanpa penghalang apapun, memang sengaja tadi siang kami copot daun pintunya karena sudah sangat lapuk, ada perasaan aneh ketika aku menatapnya, serasa seperti ada yang mengawasiku dari tadi, apa ini mungkin cuma perasaanku saja,, “Ah bodohlah” batinku menenangkan diri, cuma hatiku tak lupa dari doa doa dalam hati, “Ya alloh semoga saja kami diberi kelancaran bekerja”.
Hampir 3 hari kami bekerja tanpa mengalami kendala apapun, sampai suatu ketika temanku bilang “Bro, tadi malem denger apa nggak di belakang kaya ada suara wanita menangis” “Nggak tuh bro, aku tidur cepet tadi malam, alaahh, santai saja bro, kita gak ganggu, niat kita kerja, ibadah cari rezeki, cuma jangan lupa doa,,” kataku menenangkan suasana,, “Sumpah, aku yakin deh gak salah denger bro tadi malem,,” timpal temenku, “Ha ha ha, jujur aku juga merasakan ada yang nggak beres di rumah ini bro,, cuma aku simpan aja dalam hati, kadang tiap malam pikiranku selalu was was bila melihat sumur di belakang kamar mandi itu bro, kayak gimana gitu, serem kesannya” jawabku, “Temen temen juga bilang gitu bro, bangunan ini kayaknya memang nggak beres,” temenku berkata lagi.
Dan tau nggak, lepas kejadian itu gangguangangguan lebih sering kami alami, tiap malam sering kali kami mendengar suara orang menimba air, kadang mandi, tembok digedor gedor, kadang ada anak anak berlarian kesana kemari, di dapur juga sering kali kami mendengar suara orang kayak memasak, siapa coba? Kami bertujuh di dalam kamar semua, dan lagi rumah ini ditembok tinggi semua pekarangan belakangnya, dan cuma ada satu pintu terbuat dari seng yang sudah karatan, engsel juga udah kayak gak bisa dibuka saking tebalnya karat, dan penampakan penampakan juga hampir semua dari kami pernah mengalami, pokoknya tiap malam tiba kami semua jarang sekali keluar kamar, kalaupun ke kamar mandi kami selalu beramai ramai.
Suatu pagi temenku eko bilang “Bro, tau nggak, tadi malem aku melihat ada nenek nenek berdiri di samping sumur, pake kebaya dan jarik, rambutnya putih berantakan, nggak diiket atau digelung kaya nenek nenek umumnya” cerita temenku, “Alaahh gak usah ngarang bro, aku emang penakut, nggak usah kamu takut takuti lagi, aku sudah takut dari awal ha ha” jawab ku, “Sumpaah bro, jelas banget bro, matanya itu melotot menatapku” kata temenku meyakinkanku.
Siangnya aku coba cari informasi tentang sejarah rumah ini kepada bapak pemilik warung kopi tak jauh dari lokasi pekerjaanku, sambil sekalian ngopi, “Iya mas,, pesen apa?” tanya bapak itu ramah, “Kopi aja pak, agak pahit ya” kataku, “Ok mas, siap,” jawab bapak, “Bukannya mas yang kerja di rumah tua itu ya” sambung bapak sambil sibuk membuat kopi pesananku, kebetulan saat itu pas sepi jadi aku leluasa bertanya kepada bapak, “Bapak asli sini pak?” kataku, “Iya mas, saya kelahiran kampung sini, rumah saya selatan tempat mas kerja, ini warung cuma saya sewa aja mas” kata bapak masih ramah sekali.
“Oh ya pak, sepertinya rumah itu agak nggak beres ya pak!?,” tanyaku menyelidik, “Gimana ya mas, sebetulnya saya dulu mau kasih tahu tapi nanti takutnya malah mengganggu pekerjaan mas dan kawan kawan,” kata bapak pelan, “Emangnya sejarahnya gimana itu bangunan pak”, tanyaku lagi sambil menghisap rokokku, “Rumah itu sudah 30 tahun kosong, kalaupun disewa paling cuma 4 bulan bertahan, dulunya bagus banget mas rumah itu, orangnya kaya, sampai pada akhirnya sekeluarga meninggal, satu persatu meninggal semuanya tanpa sisa,” cerita bapak, “Kok gitu pak” tanyaku lagi, “Santet mas, dan makhluk kirimannya itu masih di situ sampai sekarang, di sumur mas, berwujud nenek nenek!” “Kenapa kok masih disitu pak” aku semakin penasaran, “Dukun pengirimnya sudah lama meninggal jadi dukun lain tidak bisa mengambilnya mas” kata bapak lagi, “Berarti eko tidak berbohong kepadaku” gumanku dalam hati, “Mas, pesen bapak, jangan lama lama disitu, dua kali penyewa rumah itu pagi segar bugar sore demam tinggi, paginya meninggal, si nenek itu yang paling jahat di rumah itu” ujar bapak, “Astaga” batinku lagi.
Malam minggu ini hujan sangat deras, kami bertujuh di teras depan, banyak hal yang kami ceritakan malam ini, sesekali kami tertawa lepas melupakan betapa capeknya seharian ini kami bekerja, tak lupa kopi menambah hangat suasana hujan yang dingin ini, aku masih berfikir tentang perkataan bapak tadi, apakah benar ya sampai segitunya keadaan rumah ini, hampir pagi kami beranjak tidur.
“Sialan,” gumanku lagi, tiap semua udah pada tidur aku hampir pasti nggak bisa tidur sendirian, belum lagi suasananya habis hujan lagi, dingin, senyap, bikin bulu kuduk berdiri.
Sayup sayup pelan aku seperti mendengar sesuatu, tapi apa ya, mungkinkan angin, ah, bukan kayanya, tapi suara apa ya.
Pelan tapi pasti suara itu semakin jelas, “Ya tuhan, seperti suara wanita menangis, dan itu dekat banget suaranya, kaya di dapur, aku ambil selimut secepatnya dan aku slubungkan ke kepala sampai kaki, dan suara itu seperti semakin mendekatiku, kurapalkan doa doa sebisaku tapi tak bisa dibohongi saat ini tubuhku menggigil ketakutan, bulu kuduk meremang tegang sekali, sampai saat suara itu berlahan menjauh, menjauh dan menghilang, aku tanpa sadar terlelap tidur.
Hampir sebulan kami disini, dan sepertinya kami sudah terbiasa dengan keadaan rumah ini, apalagi sekarang bangunan ini sudah sangat berbeda dengan keadaan sebelum kami renovasi, bersih, tembok baru, atap semua baru, pintu pintu dan jendela baru, dan jalan lorong menuju kamar mandi beserta sumur tua itu hari ini kami tutup dengan tembok dari bangunan utama, dan kami buatkan kamar mandi baru di dalam rumah, biarlah tempat itu sendiri saja, biarkan tidak terjamah manusia lagi, biarlah nanti si nenek tidak merasa terganggu lagi ketika nanti ada penyewa baru yang ingin menggunakan kamar mandi serta sumur tempat tinggalnya.
Comments
Post a Comment