Nenek Penjaga Sawah

 Sore itu, Naura mengendarai pelan sepeda motornya sembari memandangi sawah yang berada di kanan kiri jalan sempit menuju rumahnya. Rumah keluarga Naura, tepat berada di tengah antara 2 dusun yang terhubung, dan tidak ada tetangga sama sekali disekitar rumah mereka.

Dari kejauhan nampak seorang nenek berjalan membelakangi Naura. Jarak mereka kurang lebih sekitar 100 meter. Nenek itu berpakaian adat Jawa jaman dulu, dengan (jarit) kain batik lusuh dan kebaya yang motifnya tidak begitu jelas. Namun nampak jelas rambutnya yang putih dan panjangnya sebahu itu terurai.

Saat Naura akan memasuki halaman rumahnya, ia masih memandangi nenek itu dengan raut wajah penasaran. Di benaknya terpikir bahwa nenek itu adalah tetangganya yang jarang ia lihat. Lantas, ia menanyakannya kepada sang ayah yang sedang membersihkan rumput liar di halaman.

“Ayah, siapakah nenek yang baru saja lewat tadi?” Tanya Naura sambil terus memandang ke arah nenek itu berjalan.
“Nenek yang mana nak? Ayah tidak melihat siapapun sedari tadi.” Kata sang ayah.
“Nenek itu Yah.” Jawab Naura sembari menunjuk ke arah sang Nenek.
Dan ayahnya pun menoleh ke arah yang ditunjuk Naura namun tak ada siapapun disana.

Hari berlalu, dan ayah Naura menceritakan kepada salah seorang tetangga tentang apa yang ditanyakan putrinya. Dan tanpa diduga, tetangga itu menceritakan bahwa dahulu pernah ada salah seorang kakaknya, menjumpai dan ditanyai seorang nenek dengan ciri-ciri sama seperti yang dilihat Naura.

Sang nenek menanyakan sawah milik Mbah Suro, yang mana beliau (Mbah Suro) sudah lama meninggal dan sawah itu sudah berpindah tangan kesekian kalinya. Dan saat ditunjukkan ke arah lokasi sawah tersebut, sang Nenek tadi lantas berjalan menuju ke arah sawah dan menghilang dari pandangan seketika.

Kejadian misterius itu membuat kakak tetangga menjadi heran dan bertanya tanya, kemana perginya sang Nenek yang seketika menghilang saat menapakkan kakinya ke sawah Mbah Suro.

Ternyata, setelah diusut Nenek misterius itu adalah qodam penjaga sawah yang diminta Mbah Suro untuk menjaga sawahnya, namun sang nenek kebingungan karena tuannya sudah tiada.


Comments

Popular posts from this blog

Ngeri, ada potongan kaki di tumpukan kayu jati untuk bahan bakar lokomotif kereta api kuna

Penyesalan Ayah

Cerita misteri kelereng pembawa keberuntungan 3, hanya tiga tahun sudah menjadi orang kaya