Wanita Malam
Langit mendung. Awan hitam menghias di angkasa malam. setetes air membasahi wajah Andi, seorang pria paruh baya biasa yang sedang duduk sendiri sambil ditemani secangkir kopi hitam di pojok kedai milik temannya.
“Hujan” katanya.
Sesekali motor berlalu lalang. Kerlap kelip cahaya remang-remang kedai itu membawa kesunyian bagi tuannya.
Hujan tampak semakin deras. Suara riuh perlahan membawa suasana dingin nan tenang. Meski begitu, sesaat Andi membalikkan bola matanya. Ia tertegun, wajahnya menatap lurus kearah seberang jalan. Sebuah Halte biru ditepi jalan, di sudutnya terlihat seorang wanita duduk sendiri. Menatap kosong kearah jalan beraspal hitam.
Bermaksud ingin menghampiri, tapi ia mengurungi niatnya itu.
“Siapalah aku, biarlah wanita itu sendiri” batinnya.
Mencoba untuk abai, menyeruput secangkir kopi hitam pahit milik lelaki itu.
Alih mengabaikan, sulit tuk berpaling dari pandangan. Wanita itu, Kesunyian malam ini, dan waktu yang memudar.
Perlahan rasa penasaran merambah masuk dalam batinnya. Hati dan pikirannya tak searah. Menatap jauh ke halte biru itu.
Wanita itu entah siapa namanya, terus menatap kosong. Entah apa yang dipikirkan Andi, ia perlahan bangkit, mencoba berdiri di bangku nyamannya.
Melangkah perlahan, datang menghampiri wanita malam itu.
“Hallo mbak” sapanya.
Tidak ada jawaban. Wajahnya sedikitpun tak menoleh kearah Andi.
Mencoba menyapa kembali, Andi makin penasaran.
Sekali lagi disapanya wanita itu, dan sama seperti sebelumnya tidak ada jawaban, tidak ada balasan.
Saat dia mencoba menyapa kembali, seketika wanita itu menoleh kearahnya,
Mata mereka bertemu, bola mata hitam di wajah putih wanita itu membesar, bibirnya menyeringai, tersenyum manis.
Dari arah seberang kedai, tempat Andi berdiam. Suara teriakan terdengar. Teman pemilik kedai itu berteriak.
“Woii.. Ngapain sendiri disitu!”
“Sendiri? Maksu…” belum selesai Andi berucap, dia kembali menoleh kearah wanita itu. Hilang. Tidak ada apa-apa.
“Hah?”
Comments
Post a Comment