Nyamuk Perempuan

 

Riwa, pemuda yang tidak tahan dengan keberadaan nyamuk. Ia sangat membenci apa saja terkait nyamuk, baik gigitan atau sekadar suara ngung yang terdengar jelas di telinganya. Setiap kali Riwa mendapati nyamuk di sekitar dirinya, ia berusaha membunuhnya dengan modal kedua telapak tangan.

Seperti halnya kejadian sore itu. Riwa sedang duduk santai di teras bersama seorang teman yang memang sudah biasa berkunjung. Kebersamaan mereka saat itu telah berlangsung sekitar setengah jam dan sikap Riwa tidak seperti biasanya, yang setiap kali bertemu hampir selalu bercerita tentang perempuan-perempuan yang berhasil ia kencani. Jika sudah begitu temannya hanya lebih banyak mendengar.

Namun kali itu lain, Riwa justru yang lebih banyak diam sembari asyik memburu nyamuk dengan cara menepokkan kedua telapak tangannya. Karena itu temannya heran, lantas dengan saksama memperhatikan aksi Riwa tersebut. Sementara, ketika Riwa menyadari dirinya diperhatikan, ia menghentikan aksinya sejenak dan melihat ke arah temannya. “Aku selalu risih mendengar bunyi nyamuk,” ujar Riwa kemudian.

“Kata orang, yang bersuara itu nyamuk laki,” sahut temannya.

“Maksudmu betina tidak begitu?”

“Betina lebih suka mengisap darahmu daripada berisik.”

Karena ucapan temannya itu, Riwa menjadi penasaran hingga suatu kali ketika tubuhnya digigit nyamuk, ia tidak lagi mengusiknya. Bahkan ada satu nyamuk dibiarkan terus mengisap darahnya hingga perut nyamuk membesar sampai tidak bisa terbang. Nyamuk itu jatuh di lantai berguling-guling. Setiap kali berusaha untuk terbang, nyamuk itu kembali terjatuh. Penasaran Riwa tidak berhenti sampai di situ, nyamuk itu kemudian ditabok hingga perutnya pecah dan darah muncat dari sana.

Malam harinya, ketika Riwa tidur, ia bermimpi bertemu seorang perempuan yang menurutnya teramat cantik. Kedua matanya terlihat bening dengan cembung pipi ranum di bawahnya. Tubuhnya semampai, pinggang serasi dengan bentuk bokongnya. Perempuan dalam mimpinya itu lantas mengucapkan terima kasih kepada Riwa. Tentu saja Riwa heran karena ia merasa tidak pernah berbuat apa-apa terhadap perempuan itu, bahkan ia merasa baru sekali bertemu. Karenanya Riwa bertanya.

“Kamu telah menolongku,” jawab perempuan itu.

“Aku tidak mengerti apa maksudmu,” sahut Riwa.

“Aku adalah nyamuk yang kamu bunuh, dan kamu telah membebaskan aku.”

“Membebaskanmu dari apa?”

“Ketamakan.”

Pada saat perempuan dalam mimpinya mengatakan begitu Riwa terjaga. Riwa mengingat-ingat kisah dalam mimpinya. Lantas tiba-tiba ia merasa kasihan. Riwa menyesal telah membunuhnya. Sejak itu Riwa mulai membiarkan nyamuk menggigitnya, bahkan bisa dibilang memanjakannya. Riwa tak peduli dengan keadaan dirinya. Pikir Riwa, gigitan nyamuk tidak akan membuatnya kehabisan darah. Mungkin karena rasa iba menguasai dirinya, ketika ada nyamuk menggigitnya, selain membiarkan, Riwa pun menjadi sangat memperhatikan terlebih terkait aksi gigitannya. Dari awal nyamuk hinggap di tubuhnya, mulut nyamuk menggigit kulitnya, lalu merasakan ketika nyamuk mengisap darahnya, bahkan menikmati gatal-gatal usai gigitan itu selesai. Meski banyak nyamuk merubung dan menggigitnya, Riwa tetap membiarkannya.

Usai peristiwa itu, malamnya Riwa bermimpi lagi. Bedanya, kali itu tidak hanya satu perempuan, melainkan banyak perempuan, dan semuannya punya wajah menawan dengan porsi besar dan tinggi tubuhnya ideal. Mereka tidak mengucapkan terima kasih seperti halnya permintaan perempuan dalam mimpi sebelumnya. Kali itu, para perempuan itu merajuk kepada Riwa untuk mendapatkan cintanya. Riwa menjadi terkejut dan bingung harus bersikap bagaimana.

Karena Riwa dalam mimpi itu tidak memutuskan apa pun, lantas salah satu dari mereka angkat bicara. “Kamu harus memilih satu di antara kami.” Perkataan itu disambut riuh para perempuan. Semuanya merajuk kepada Riwa agar memilih dirinya. Pada saat itulah Riwa terbangun, lantas termenung lama, memikirkan apa yang baru saja terjadi dalam mimpinya. Karena mimpi itu, Riwa teringat dengan sebagian perjalanan hidupnya selama ini. Dalam kenyataannya Riwa memang punya kekasih lebih dari satu. Setidaknya ada empat perempuan ia pacari saat ini. Selama seharian Riwa memikirkan hal itu. Ia penasaran dengan apa yang terjadi kepadanya terkait kenyataan tersebut.

Sore hari selepas pulang kerja dan santai di teras, pikiran Riwa kembali kepada kejadian dalam mimpi. Pada saat itu ada seekor nyamuk hinggap di tangannya, menggigit lalu mengisap darahnya. Riwa tetap membiarkan nyamuk itu puas mengisap darahnya sampai perut nyamuk itu menggelembung. Begitu puas, nyamuk itu tidak kuat terbang lalu jatuh. Sekilas ingatan Riwa mengarah kepada sesosok perempuan jelmaan nyamuk yang ia bunuh. Mengingat hal itu, meski Riwa tahu nyamuk yang kekenyangan darah itu tak bisa terbang tapi ia memutuskan untuk membiarkannya, bahkan meninggalkannya masuk rumah lalu tidur.

Dalam tidurnya malam itu, Riwa kembali bermimpi, bertemu dengan sesosok perempuan yang wajahnya biasa saja. Besar dan tinggi tubuhnya pun tidak begitu proporsional, bahkan cenderung gendut di bagian perutnya. “Aku menemuimu hanya untuk menyampaikan pesan dari teman-temanku,” ujar perempuan dalam mimpi itu.

“Untuk saya?” tanya Riwa.

“Tentu saja. Buat siapa lagi? Kelak kamu akan bertemu dengan perempuan. Ia perempuan biasa, bahkan sangat biasa. Seperti aku inilah kira-kira,” kata perempuan itu sembari tersenyum. “Tapi kepadanya kamu sangat mencintainya. Bahkan tergila-gila kepadanya,” tambah perempuan itu.

“Apa salahnya?” tanya Riwa.

“Tidak ada yang salah, hanya…”

“Hanya apa?”

“Selama hampir di sisa hidupmu, hanya akan kamu habiskan melakukan sesuatu untuk memenangkan hatinya.”

“Mengapa? Apakah ia tidak mencintaiku?”

Pertanyaan Riwa itu sudah tak terjawab karena pada saat itu ia terjaga dalam tidurnya. Meski sudah bangun, tapi tubuh Riwa masih bergeming di tempat tidur. Pikirannya mengembara tak tentu arah. Dan baru tersadar setelah alarmnya berbunyi, mengingatkan ia harus segera mandi dan bersiap berangkat kerja. Pikiran Riwa di kantor pun tidak bisa fokus. Benaknya terus berkelindan memikirkan mimpinya yang terakhir.

Setelah sepekan dari kejadian itu ia merasa tidak menemui peristiwa yang bisa dihubungkan dengan mimpi tersebut, perasaan Riwa mulai tenang. Setidaknya apa yang terjadi dalam mimpi bukan sesuatu yang akan membuat hidupnya celaka. Namun tidak untuk esok harinya, ketika Riwa pulang kerja dan mampir di sebuah kedai kopi. Ketika ia sedang menikmati kopinya, sekilas Riwa melihat seorang perempuan yang menurutnya sangat memikat. Wajah perempuan itu biasa saja. Tubuhnya sedikit gendut terlebih di bagian perutnya yang agak besar. Tampilannya lebih mirip dengan perempuan hamil. Meski begitu, Riwa sangat terpesona dengan perempuan itu. Merasa tidak kuat menanggung penasaran, Riwa bangkit dari duduknya lalu sembari membawa kopinya seraya berjalan mendekati perempuan itu. “Boleh saya duduk di dekatmu?” tanya Riwa sopan.

“Tidak masalah. Silakan,” sahut perempuan itu.

“Terima kasih.”

“Oya, apakah kamu merasa kita pernah bertemu?” tanya Riwa.

“Menurutmu?” Perempuan itu balik bertanya.

“Aku merasa kita pernah bertemu.”

“Lalu apakah kamu pernah bermimpi bertemu seseorang, kemudian dia bilang bahwa kamu akan bertemu dengan perempuan yang akan membuatmu celaka?” tanya perempuan itu sembari dengan tenang tangannya meletakkan sebuah pisau di meja depannya.

Comments

Popular posts from this blog

Ngeri, ada potongan kaki di tumpukan kayu jati untuk bahan bakar lokomotif kereta api kuna

Penyesalan Ayah

Cerita misteri kelereng pembawa keberuntungan 3, hanya tiga tahun sudah menjadi orang kaya